Rabu, 11 November 2015

Pancasila (Jenny Thalia)



PANCASILA YANG DITELAN ZAMAN
Nama: Jenny Thalia Faurine
NIM:15101123
Prodi: Manajemen

            DAHULU kala, Pancasila bukanlah sesuatu yang asal-asalan dibuat dan diumumkan hanya untuk ditelantarkan. Pancasila diharapkan menjadi landasan warga negara ini untuk menjalani kehidupan, agar terus menjadi generasi yang lebih baik lagi.
            Namun jika ditilik lagi pada masa kini, Pancasila bisa kita katakan sudah ditelan zaman. Jangankan untuk diamalkan, banyak orang yang tak mengingat butir-butirnya. Apalagi mengimplementasikan makna dari tiap butir tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin, ketika nanti tak ada lagi yang berniat untuk mengingat dan mengamalkan Pancasila, Pancasila hanya akan dijadikan dongeng semata. Di mana nantinya hanya akan diceritakan sepintas lalu sebelum anak-anak terlelap. Kemudian semakin dewasa, mereka tak pernah tahu apa Pancasila itu benar ada atau tidak.
            Apa yang salah dengan kita semua? Kenapa hal penting yang dulu dicapai dengan perang dan perjuangan di seluruh tanah negeri ini, jadi pajangan di sampul belakang buku Undang-Undang Dasar saja?
            Mungkin benar kata orang-orang, kita yang hidup tanpa harus berperang, sangat sulit untuk menghargai apa yang dahulu pahlawan kita dapatkan. Pancasila bukan sekadar kata-kata yang dirumuskan dalam semalam lalu langsung selesai. Pancasila melalui proses berliku yang rumit, karena hal ini jelas menyangkut bagaimana jalan kehidupan warga negara ini.
            Tapi, apa kita harus berperang dan berdarah-darah hanya untuk sadar mengenai makna Pancasila tersebut?
            Kita sudah ‘berteman akrab’ dengan banyak kemudahan, sehingga rasanya sulit untuk mengingat dan menghargai setiap jerih payah yang menghasilkan Pancasila untuk negara ini. Di poin inilah kita harus berhenti sejenak dari putaran aktivitas, untuk mengkaji ulang apa yang selama ini terjadi. Bahwasanya kita adalah warga negara yang tumbuh dengan Pancasila sebagai identitas kita. Sebagai panduan kita dalam bermasyarakat.
            Jangan sampai generasi di bawah kita nanti makin tak mengenal identitasnya sebagai warga negara Indonesia. Jangan sampai Pancasila hanya akan berakhir sebagai kata-kata yang tidak diimplementasikan, hanya dijadikan penghias sampul belakang buku Undang-Undang Dasar.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar