Nama:
Jenny Thalia Faurine
NIM:
15101123
Prodi:
Manajemen
TENTANG
IDENTITAS KITA
Identitas
nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa, yang
secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Adat istiadat dan budaya adalah dua
hal yang menjadi ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa sebagai identitas
nasional.
Tentu kita sebagai negara Indonesia,
mempunyai banyak sekali kebudayaan sebagai identitas kita. Namun, pernahkah
kita mengakui hal tersebut sebagai jati diri kita?
Majunya globalisasi yang sangat
pesat dalam satu dekade ini membuat identitas kita menjadi bias. Menjadi bias,
berbaur dengan identitas negara lain. Lebih banyak orang yang kini membanggakan
apa yang negara lain punya dibanding apa yang negara kita miliki. Hingga
akhirnya satu persatu kebudayaan kita diambil negara lain, baru kita marah dan
bertindak.
Di antara ragam dan jenis budaya
yang kita miliki, haruskah semua itu diambil baru kita mempertahankan dan
mengakui budaya tersebut sebagai identitas kita?
Dalam satu dekade ini juga telah
terjadi banyak kasus di mana kita, sebagai warga negara Indonesia, kecolongan. Beberapa
negara di sekitar kita mulai mengklaim apa yang seharusnya jadi milik kita
sebagai milik mereka. Reog Ponorogo, tempe, dan masih banyak lagi, semua itu
diambil dari kita.
Kita berpikir, bahwa merekalah yang
tidak berbudaya, yang mengambil budaya negara orang lain untuk diakui sebagai
identitas mereka.
Tapi mari kita telaah lagi,
sebenarnya siapa yang tidak berbudaya? Mereka—yang mengambil budaya kita, atau
kita—yang tak acuh terhadap budaya warisan leluhur itu hingga lengah begitu
saja?
Kemajuan teknologi serta globalisasi
harusnya tak melunturkan jiwa nasionalis dan identitas nasional yang
sesungguhnya melekat dalam diri kita. Namun kita terlalu terbuai dengan
kemudahan yang ada sekarang, hingga mudah lupa juga terhadap apa yang kita
miliki dan harusnya kita jaga.
Akhir-akhir ini marak penyebaran wacana
yang cukup viral, tentang seseorang yang berpendapat bahwa orang Indonesia
terlampau bodoh karena memuja-muja kebudayaan negara lain, dalam hal ini yang
dibahas adalah Jepang. Orang Jepang tersebut mengatakan bahwa seharusnya orang
Indonesia menjaga kebudayaannya. Bukan mengimitasi kebudayaan negara lain dan menjadikannya
sebagai tren yang tak lekang oleh waktu.
Banyak yang mengatakan, mental
seperti itulah mental masyarakat yang masih dijajah ‘tanpa sadar’. Dalam wacana
tersebut juga dikatakan, saat ini bukan Jepang yang menginvasi Indonesia lagi.
Tapi masyarakat Indonesia sendirilah yang menginvasi negaranya sendiri.
Meleburkan identitas negara menjadi sesuatu yang tak berarti dan
menggantikannya dengan identitas negara lain, yang dianggap lebih ‘modern’.
Untuk apa merasa modern ketika
menggunakan jati diri negara lain? Patutkah kita berbangga hati akan hal ini?
Ketika kita, sebagai warga negara Indonesia, tak mengetahui yang mana
sebenarnya identitas kita….
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar