Nama :
Carolina Anggraeni
Jurusan :
Manajemen
Topik :
Filsafat Pancasila
Sila
Pertama Pancasila
1. Arti
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Pancasila sila pertama yang
berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bahwa negara mengakui adanya Tuhan.
Tuhan merupakan pencipta seluruh alam semesta ini. Yang Maha Esa berarti Maha
Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya, Esa dalam zat-Nya, dalam sifat-Nya maupun dalam
perbuatan-Nya. Tuhan sendirilah yang Maha Mengetahui, dan tiada yang sanggup
menandingi keagungan-Nya. Tidak ada yang bisa mengatur-Nya karena Tuhan
mengatur segala aturan. Tuhan tidak diciptakan oleh makhluk lain melainkan
Tuhan yang menciptakan segalanya. Bahagia, tertawa, sedih, tangis, duka, dan
gembira juga Tuhan yang menentukan.
Dengan
demikian Ketuhanan Yang Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam semesta beserta
isinya. Dan diantara makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan
sila ini ialah manusia. Sebagai aha Pencipta, kekuaaan Tuhan tidaklah terbatas,
sedangkan selain-Nya adalah terbatas.
2. Butir-butir
Pancasila Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketetapan
MPR No.I/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancasila menjabarkan kelima asas dalam
Pancasila menjadi 45 butir pengalaman sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan
Pancasila. Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR No.I/MPR/2013.
Ø Manusia
Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Ø Mengembangkan
sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Ø Membina
kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa
Ø Agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Ø Mengembangkan
sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing
Ø Tidak
memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.
Dari butir-butir
yang telah disebutkan di atas, telah di sebutkan bahwa dalam kehidupan beragam
itu tidak diperbolehkan adanya suatu paksaan. Setelah ketetapan ini dicabut,
tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar
diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.
Manusia selain
merupakan makhluk ciptaan Tuhan juga merupakan makhluk sosial, yang berarti bahwa
manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap manusia perlu
bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya.
Bangsa Indonesia
yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-masing dimana pemeluk
melaksanakan ajaran agama sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi
pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan
sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesama pemeluk agama
yang berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalanakan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing, dan
tidak boleh memaksakan suatu agamma kepada orang lain. Toleransi beragama tidak
berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur aduk dengan ajaran agama
lainnya.
3. Penerapan
Sila ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
Misalnya
menyayangi binatang; menyayangi tumbuh-tumbuhan dan merawatnya; selalu menjaga
kebersihan dan sebagainya. Dalam Islam bahkan ditekankan, bahwa Allah tidak
suka pada orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, tetapi Allah senang
terhadap orang-orang yang selalu bertaqwa dan selalu berbuat baik. Lingkunagn
hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa
Indonesia merupakan karunia dan rahmat-Nya yang wajib dilestarikan dan
dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang hidup
bagi rakyat dan Bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainnya demi kelangsungan
dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar